Penulis: Nayla iffah
As Long as The Lemon Tress Grow adalah buku debut yang ditulis oleh Zoulfa Katouh, seorang wanita muslim berkebangasaan Kanada dan merupakan keruturunan seorang Suriah. Novel young adult bergenre historical fiction romance ini sudah menarik perhatian para pembaca sejak pertama kali penerbitannya. Dengan menanamkan pesan dan harapan dalam situasi yang dialami oleh tiap karakter, penulis berhasil mengkombinasikan cerita tentang kekejaman penguasa tiran, trauma psikis serta upaya bertahan hidup para tokoh di dalamnya dengan plot yang epik dan menarik. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan meraih beberapa penghargaan, diantaranya: Amazon Best Young Adult of the Year 2022 dan nominasi Shortlisted Book of the Year Discover The British Book Awards 2023. Ide kisah dalam buku ini muncul ketika penulis menyadari bahwa banyak orang tidak terlalu tau apa yang terjadi di Suriah. Pemberitaan yang dilporkan media tentang korban perang, penyiksaan dan pembunuhan yang terjadi di Suriah menurutnya hanyalah sekadar angka. Karena hal tersebutlah penulis ingin menunjukan emosi-emosi manusia di balik itu semua dengan mengisahkan apa yang terjadi dan apa yang mereka alami.
Buku ini diceritakan melalui sudut pandang orang pertama yang merupakan seorang gadis muda berusia 19 tahun bernama Salama. Sebelum pecahnya perang Suriah, Salama adalah seorang mahasiswi apoteker tahun pertama yang menjalani kehidupan normal seperti remaja pada umumnya. Namun, pecahnya perang membuat Salama yang mulanya hanya seorang mahasiswi apoteker akhirnya menjadi volunteer multi peran sebagai apoteker, perawat dan ahli bedah di rumah sakit Zaytouna yang tak jauh dari tempat tinggalnya di Homs, Suriah.
Kegaduhan perang Suriah membuat Salama kehilangan ibunya, Ayah dan Hamza, Kakaknya ditahan di penjara Sednaya, salah satu tempat penahanan paling brutal di Suriah. Tak ada kabar dan kepastian apakah ayah dan Kakaknya masih hidup atau sudah menjadi martir. Satu-satunya keluarganya yang tersisa adalah Layla, saudari ipar sekaligus sahabat masa kecil yang tengah mengandung keponakannya. Sebelum Hamza pergi, Salama telah berjanji kepadanya untuk melindungi Layla dan calon bayinya. Dan satu-satunya cara untuk menunaikan janji tersebut adalah dengan menyelundup dari Suriah dan mengungsi ke Eropa.
Kepedihan, kehilangan, dan ketakutan akibat perang yang dialami oleh Salama menyebabkan ia mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) hingga memunculkan sosok bayangan seorang pria berwatak keras dan dingin bernama Khawf yang bersemayam dalam pikirannya. Khawf selalu mendesak Salama untuk menyelamatkan dirinya dan Layla agar meninggalkan Suriah sesegera mungkin. Konflik muncul dalam batin Salama karena ia tak ingin berpaling dari Suriah ketika tanah kelahirannya bergelimpangan dan membutuhkan dirinya untuk menolong menyelamatkan para pasien. Keraguannya bertambah ketika akhirnya ia bertemu dengan Kenan. Sosok pemuda bermata hijau dengan semangat membara untuk membela tanah airnya. Sosok pemuda yang gemar dengan dengan animasi dan ingin berjuang untuk menunjukan pada dunia kekajaman macam apa yang sedang terjadi di Suriah, sosok pemuda yang seharusnya Salama temui pada hari ketika serangan pertama di kota Homs pecah.
Ketika membaca buku ini pembaca ditarik untuk turut merasakan kepedihan, kesedihan, dan juga ketegangan para tokohnya ketika berjuang untuk bertahan hidup. As Long as the Lemon Tress Grow adalah kisah memilukan tentang perang Suriah yang membuat orang tua kehilangan anak, dan anak-anak yang seketika menjadi yatim/piatu karena kehilangan orang tuanya. Kisah dalam buku ini membuat kita lebih memahami mengapa orang-orang yang masih terlibat begitu sulit untuk keluar dari perang dan memilih tetap bertahan dalam kekejaman yang dilakukan penguasa tiran.
Novel ini merupakan salah satu buku paling berkesan yang saya baca di tahun 2023. Kisah tentang pecahnya perang telah menyebabkan banyak tragedi memilukan. Namun, di tengah-tengah hal yang memilkukan sekalipun pasti akan ada saatnya hal-hal yang membahagiakan tiba. Seperti Salama dan Kenan yang saling menemukan dan berjuang bersama untuk bertahan hidup dan melindungi kelurga yang masih tersisa dengan bekal "harapan". Harapan untuk bisa hidup normal dan bebas menyurakan aspirasi untuk tanah kelahirannya.
"Takdir memang memiliki sulur-sulur benangnya, tetapi kitalah yang merajutnya dengan tindakan dan pilihan kita. Keimananku pada takdir tidak membuatku pasif. Aku jurstru berjuang, berjuang, dan berjuang demi hidupku. Sama seperti Kenan berjuang untuk hidupnya".