Minggu, 16 Juni 2024

Lima Rekomendasi Buku Tentang Depresi dan Kesehatan Mental

Buku tentang depresi dan kesehatan mental
Saat ini topik tentang depresi dan kesehatan mental semakin banyak mendapatkan perhatian, seiring dengan banyaknya orang yang sadar dan peduli bahwa kesehatan mental tidak hanya penting untuk kualitas hidup, tapi juga berperan krusial dalam hubungan interpersonal, produktivitas dan kemampuan dalam menghadapi permasalahan hidup sehari-hari. Sebenarnya depresi dan masalah kesehatan mental lainnya adalah hal yang sering dialami banyak orang. Untuk itulah buku-buku ini hadir sebagai upaya untuk membantu kita memahami dan menghadapi masalah depresi dan kesehatan mental, serta untuk memastikan bahwa orang yang mengalami hal tersebut tidak lagi merasa sendiri. Namun, perlu diingat jika kalian tertarik membaca salah satu dari buku ini jangan mencoba mendiagnosis diri sendiri. Buku-buku ini hanya berfungsi sebagai pendamping, tetapi diagnosis dan perawatan tetap harus diserahkan pada profesional. Semoga buku-buku ini bisa menjadi panduan dalam perjalanan kalian mengenal depresi dan kesehatan mental yang lebih baik. Selamat membaca!

1. Loving The Wounded Soul

 

"Saya meniatkan diri saya bahwa saya harus hidup esok, esoknya lagi, dan esoknya lagi hingga saya mendapatkan kembali kewarasan saya"

Buku ini ditulis oleh Regis Machdi, seorang akademisi bidang psikologi dan penyintas mental illiness. Buku ini membahas tentang depresi dari sudut pandang biologis, faktor internal, faktor lingkungan dan juga faktor spiritual dengan menyertakan pengalaman personal penulis terkait depresi. Buku ini di kemas dengan bahasa yang membumi hingga cocok dibaca untuk semua kalangan. Saat membaca buku ini, kita akan diajak menyelami bagaimana seseorang bisa mengalami depresi dan bagaimana cara mereka mengobati luka batin dan emosional tersebut. Saat membaca buku ini, saya terkesan dengan pemaparan pengalaman pribadi penulis yang bergulat dengan depresi tanpa membuat narasinya terkesan menceramahi. Buku ini juga memberikan saran praktis dan refleksi yang membantu pembaca dalam perjalanan mereka menuju kesehatan mental yang lebih baik.

Loving The Wounded Soul

2. Alasan Untuk Tetap Hidup

 

" Orang bilang kegilaan adalah respons logis untuk dunia yang gila. Mungkin depresi hanyalah respons untuk kehidupan yang tidak benar-benar kita pahami. Tentu saja, tidak ada seorang pun yang benar-benar memahami kehidupannya. Depresi sangat mengganggu karena membuat kita tidak bisa berhenti memikirkan kehidupan. Depresi mengubah kita semua menjadi pemikir. Tanya saja Abraham Lincoln"

Jika kamu pernah mendengar ungkapan "tidak banyak orang yang bisa mengungkapkan depresi terang-terangan di dunia ini" maka ungkapan tersebut tidak berlaku untuk Matt Haig. Buku ini merupakan buku self-help digabungkan dengan memoir yang menggambarkan pengalaman pribadi penulis dalam menghadapi depresi. Saat membaca buku ini, kamu akan menemukan banyak narasi dukungan emosional dan psikologis serta cara-cara untuk mengatasi kesulitan mental hingga cara bertahan untuk menemukan alasan tetap hidup. Buku ini cocok untuk pembaca yang menyukai kisah perjuangan dan pemulihan realistis berdasarkan pengalaman pribadi, buku ini juga cocok untuk pembaca yang tertarik pada kesehatan mental atau berkeinginan  untuk memahami perasaan dan perjuangan orang terdekat yang mengalami kesehatan mental.

Alasan untuk tetap hidup

3. The Book You Wish Your Parents Had Read

"Tidak ada jaminan bahwa masa kecil yang buruk akan menimbulkan masalah kesehatan mental dan masa kecil yang ideal akan membuat seseorang terhindar dari gangguan mental. yang terpenting adalah memberikan peluang terbaik bagi anak untuk meminimalisir potensi masalah kesehatan mental"

Depresi tampak berbeda bagi setiap orang. Penyebab hadirnya depresi bisa berasal dari mana saja, termasuk orang-orang terdekat. Buku The Book You Wish Your Parents Had Read merupakan buku yang ditulis oleh Phillipa Pery, seorang psikoterapis terkemuka yang berpengalaman di bidang kesehatan mental selama lebih dari 20 tahun. Buku ini mengeksplorasi tentang bagaimana hubungan interpersonal antara orang tua dan anak yang dipaparkan dengan mengedepankan empati, refleksi diri serta strategi untuk mendorong hubungan yang lebih sehat. Saat membaca buku ini kamu akan menemukan banyak contoh kasus yang ditangani penulis dalam praktiknya sebagai seoarang psikoterapis, sehingga buku ini tidak hanya informatif, tetapi juga penuh dengan wawasan tentang berbagai kasus yang banyak dialami orang dalam sebuah hubungan. 

Sebagai seorang anak, saat membaca buku ini saya menjadi sedikit memahami bagaimana masa lalu orang tua dan luka emosionalnya yang tidak terselesaikan di masa lalu dapat mempengaruhi pola asuh dan pada akhirnya  berdampak pada kesehatan mental dan hubungan mereka dengan orang-orang terdekat. Buku ini cocok dibaca untuk siapa saja, terutama bagi orang tua, calon orang tua, atau orang dewasa yang ingin memahami dampak pola asuh pada perkembangan psikologis anak. Dengan memahami pola relasi yang sehat antara orang tua dan anak, pada akhirnya hubungan yang sehat tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan mental bagi seluruh anggota keluarga.

The Book You Wish Your Parents Had Read

4. The Midnight Library

 

"Aku takkan pernah bisa menjadi semua orang yang kuinginkan dan menjalani semua kehidupan yang kuinginkan. Aku takkan pernah bisa melatih diriku dengan semua keahlian yang kuinginkan. Apa yang aku inginkan? Aku ingin hidup dan merasakan semua gradasi, warna, dan variasi pengalaman mental dan fisik yang dimungkinkan dalam hidupku"

Masih dengan buku karya Matt Haig. Buku The Midnight Library merupakan novel dengan konsep yang unik dan segar. Buku ini menggabungkan elemen fantasi dengan fiksi kontemporer dan filsafat. Ceritanya berfokus pada tokoh utama wanita bernama Nora Seed yang mengalami depresi berat merasa hidupnya tidak berarti, penuh rasa bersalah dan penyesalan hingga ia putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya. Namun, upayanya tersebut tidak berhasil, tidak juga disebut gagal karena jiwanya berada di ambang kedua pintu antara kehidupan dan kematian yang disebut The Midnight Library, sebuah perpustakaan ajaib yang memberikan kesempatan bagi pengunjungnya untuk memilih buku  dan mengalami berbagai kehidupan yang pernah diimpikan. 
 
Saat membaca buku ini, kita akan melihat bagaimana perjuangan tokoh utama dalam mengeksplorasi berbagai kehidupan yang dijalani. Bagaimana dia menghadapi rasa bersalah, penyesalan dan kegagalan hingga menemukan harapan dan tujuan baru di hidupnya. Novel ini cocok bagi pembaca yang menikmati fiksi dengan unsur fantasi. Cocok juga untuk pembaca yang ingin mencari inspirasi, refleksi diri, dan motivasi untuk melihat hidup dengan perspektif yang lebih positif. Novel ini menyiratkan pesan optimis bahwa siapapun, dan segelap apapun kehidupanmu saat ini, akan selalu ada kesempatan untuk menemukan makna dan kebahagiaan dalam hidup.

 The Midnight Library

5. I Want To Die but I Want To Eat Tteokpokki

 

 "Sebagaimana depresi membuat kita kehilangan semangat dan tidak ingin melakukan apapun, depresi membuat kemampuan berpikir kita memburuk, kemampuan fokus kita menurun, dan kemampuan mengingat juga menurun"
 
Para penggemar K-Literature pasti sudah tidak asing dengan judul buku ini. Buku yang ditulis oleh Baek Se Hee ini cukup terkenal dikalangan penggemar K-Literarture internasional, termasuk di Indonesia. I Want to Die But I Want to Eat Ttekpokki merupakan buku duologi yang mengisahkan tentang perjalanan terapi penulis yang mengindap dysthymia dan anxiety disorder. Melalui buku ini penulis membagikan starnskrip sesi terapi bersama psikiaternya dan menyertakan sudut pandangannya mengenai kesimpulan dari sesi terapi sebut dengan bahasa yang sederhana, bermakna, dan menggugah emosi, terutama bagi seseorang yang sedang mengalami hal serupa. Saat membaca buku ini kamu akan menemukan gambaran tentang kultur Korea Selatan dan bagaimana masyarakat di sana memandang masalah kesehatan mental.

Meskipun tidak pernah menerima diagnosis dysthymia dan anxiety disorder, ada bagian dari buku pertama yang membuat saya tersentuh dan menitikkan air mata ketika membayangkan perjuangan penulis saat menghadapi kesepian, kehilangan, kebencian pada diri sendiri serta minimnya rasa percaya terhadap  orang-orang di sekitarnya. Buku ini cocok untuk kalangan pembaca yang menyukai memoir dan self-help dengan tema depresi, penyembuhan, dan kesejahteraan kesehatan mental. Buku ini juga cocok untuk pembaca yang mencari insight bagaimana sesi terapi dan proses penyembuhan berlangsung. Secara keseluruhan, buku ini merupakan buku yang memberikan pandangan mendalam tentang perjuangan mencapai kesehatan mental yang lebih baik.

i want to die but i want to eat tteokpokki

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Nayla Writing Room
Maira Gall